Manusia dan uang merupakan dua hal yang tidak dapat terpisahkan. Satu
sisi manusia akan selalu membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhannya yang
begitu banyak dan tidak terbatas. Sisi lain uang tidak akan lepas dari
penggunanya yang tak lain adalah manusia itu sendiri sebagai subjek dan
pengatur uang mereka. Namun, sering kali manusia serakah. Kebutuhan manusia
yang begitu banyak dan tidak terbatas membuat mereka gila akan uang. Akan
tetapi, adakah diantara mereka yang masih memegang teguh kejujuran dalam
memenuhi kebutuhan mereka dengan uang?
Salah satu kebutuhan manusia yang umum sekali adalah kebutuhan akan
transportasi. Semua orang membutuhkan media transportasi untuk menuju tempat
lain yang mereka inginkan. Media transportasi merupakan suatu hal yang penting
dalam unsur kehidupan manusia. Kaki pun yang digunakan manusia untuk berjalan
bisa dikatakan sebagai alat transportasi manusia untuk berindah dari satu
tempat ke tempat lain. Hanya saja, ketika mereka tak mampu memenuhi kebutuhan
transportasi mereka dengan kaki, umumnya mereka akan mencari media lain,
seperti sepeda, mobil, kereta, kapal, pesawat terbang, dan lain-lain. Tidak
menutup kemungkinan bagi mereka untuk melakukan segala cara untuk memenuhi
kebutuhannya akan transportasi. Akan tetapi, akankah manusia tetap membawa
kejujurannya dalam memenuhi kebutuhannya akan transportasi?
Media transportasi kereta api lokal Pramek Jurusan Solo—Kutoarjo menjadi
sorotan publik ketika ia telah mengoperasikan fungsinya dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat yang hendak bepergian ke kota-kota sekitar Solo, Jogja,
dan Purworejo. Kereta berangkat dari stasiun Solo Balapan dan berakhir di
Stasiun Kutoarjo dan begitu juga sebaliknya. Harga tiket Solo—Jogja sepuluh ribu
dan dua puluh ribu jika sampai Kutoarjo.
Akan tetapi, sangat miris jika ada pihak yang mengorbankan kejujurannya
pada jasa yang mengantarkan dirinya hingga sampai di tempat tujuan. Teman saya,
hendak pergi ke Kutoarjo, berangkat dari stasiun Solo. Seharusnya membayar 20
ribu untuk sekali perjalanan ke Stasiun Kutoarjo. Sayangnya, dia hanya membeli
tiket jogja—harga 10 ribu. Apa yang terjadi ? Na’as…hehe dia diturunkan
di Wates karena ketahuan oleh petugas pemeriksa tiket. Awal motifnya itu karena
kebanyakan petugas tidak memeriksa tiket secara cermat setelah lalu dari Jogja
seperti pada perjalanan-perjalanan sebelumnya. Alhasil, pemeriksaan tiket
menjadi diperketat.
Banyak orang yang meremehkan tentang kejujuran ini. Akan tetapi, siapa yang peduli
dengan masalah ini? Hanya orang tertentu saja yang mau memperhatikan masalah
kecil seperti ini. Karena hati itu butuh keyakinan, bukanlah keraguan.
Kejujuran itu merupakan salah satu penguat keyakinan hati. Bisa dibayangkan
dari teman saya tadi, sebelum sampai di Jogja, ibarat jual beli, dia masih
dalam kategori sah dan halal. Akan tetapi, setelah nya sudah tidak lagi. Bayar
separo, dapat separo, kan gitu. Nah, inilah yang membuat hati menjadi
ragu dan tidak ada keyakinan yang kuat, pasti, dan benar.
Semoga menjadi kenangan dari pelajaran ini. So, keep your honesty all
time where you are… See You again,, by: Mustaqim